By Daniel Ronda
Ketika saya mulai masuk sekolah teologi, saya selalu diberitahu baik teman-teman, kakak tingkat, bahkan dosen Homiletika saya bahwa kotbah yang Alkitabiah itu adalah kotbah Ekspositori. Saya sendiri awalnya tidak mengerti apa itu ekspositori, namun setelah belajar sedikit lalu saya fahami sebagai bentuk kotbah, dari antara bentuk kotbah lain seperti kotbah tekstual, kotbah topikal, dan kotbah naratif. Akibatnya saya mulai menganggap kotbah selain kotbah ekspositori itu salah. Itu karena saya terfokus kepada bentuk, di mana seorang pengkotbah fokus kepada satu paragraf teks dan kemudian mengeksposnya keluar dalam bentuk poin-poin kotbah.
Tetapi benarkah bentuk kotbah yang lain salah? Ternyata pandangan saya keliru. Sekarang saya menyadari bahwa apapun bentuk kotbah, entah itu topikal, tekstual, doktrin, naratif adalah tidak salah sepanjang menunjukkan kesetiaan dalam mengekspos firman Tuhan dan bukan hanya meminjam ayat-ayat Alkitab lalu memasukkan pikiran kita dalam berkotbah. Teks firman Tuhan lalu hanya stempel. Jadi kaidah eksposisi yang lebih penting daripada hanya mempertahankan istilah ekspositori sebagai bentuk kotbah. Bisa saja seseorang berkotbah dengan topik persembahan, tapi dia setia dengan firman Tuhan yang disajikan dengan mengekspos teks firman Tuhan yang dipilihnya. Seseorang bisa berkotbah secara naratif dan tetap setia mengekspos firman Tuhan.
Walaupun ada perdebatan panjang soal ekspositori atau eksposisi, maka banyak orang merujuk kepada Haddon Robinson yang mengatakan bahwa: “The type of preaching that best carries the force of divine authority is expository preaching.” (Tipe kotbah terbaik yang membawa kekuatan otoritas ilahi adalah kotbah ekspositori). Robinson jelas menunjuk kepada kotbah ekspositori dan meyakini bahwa otoritas Allah hanya terwujud jika kita setia kepada firman Tuhan yang kita ekspos dalam bentuk kotbah ekspositori. Saya setuju sekali dengan beliau. Cuma saya tidak sepakat di soal bentuknya. Bagi saya bentuknya bisa berbagai model kotbah. Sedangkan kata kunci yang saya sepakati adalah menjelaskan firman Tuhan.
Kata Ekspositori itu berasal dari akar kata “expository” yang diambil dari kata “expose”, yang berasal dari kata Latin “exponere”. Jadi kata Ekspositori dalam Latin (A.D. 180-600) atau exponere berarti “menafsirkan, membuat jelas atau menerangkan.” Jadi kotbah yang ekspositori secara etimologis berarti suatu prokalamasi di mana suatu subyek/teks dibuka dengan cara menjelaskan. Jadi katanya sendiri menunjuk kepada pembukaan dengan menjelaskan. Tetapi tidak berarti dikungkung dalam bentuk kotbah ekspositori yang dikenal selama ini di mana harus dua ayat lebih sampai satu paragraf, harus ada presuposisi teologis yang keluar dari teks. Dengan kata lain, bentuk kotbah ekspositori didasarkan kepada teks lebih dari dua ayat. Pembagian garis besar dan tema muncul dari teks itu. Pikiran dikembangan dari teks itu tanpa mengimpornya dari bagian Firman yang lain.
Namun bentuk kotbah ekspositori yang kita kenal di atas adalah hanya salah satu bentuk kotbah yang kita gunakan. Jangan salah faham, kotbah ekspositori itu sendiri hal yang sangat baik tetapi bukan satu-satunya bentuk kotbah.
Misalnya, Haddon Robinson mendefinikan “kotbah ekspositori adalah komunikasi konsep Alkitab, berdasarkan studi historis, gramatika, literatur teks dalam konteksnya, di mana Roh Kudus pertama-tama membentuk si pengkotbah, dan kemudian kepada jemaat.” Hal ini didukung oleh J. Osborn yang mengatakan “Selanjutnya kotbah ekspositori pertama-tama mempelajari apa yang Alkitab sesungguhnya katakan (says) lewat eksegesis. Lalu mempelajari apa sesungguhnya makna (means) lewat hermeneutika. Itu diikuti dengan penjelasan apa yang dikatakan dan apa makna kepada jemaat dengan menunjukkan bahwa ini relevan dalam kehidupan saat ini. Begitu juga definisi George Wood yang mengatakan bahwa kotbah Ekspositori: “berarti mengambil teks dari Alkitab, bisa panjang atau pendek, yang menjawab dua pertanyaan: “Apa yang telah dikatakan?” dan “Apa yang dikatakan saat ini?” Teks mengontrol semua isi kotbah.” Baumann, juga menyatakan bahwa kotbah ekspositori disatukan dalam satu tujuan dan subyek, dan berusaha menampilkan berita masa lalu dan sekarang. Tidak boleh dibingungkan oleh berbagai tafsiran, dan berbagai pandangan. Dia memiliki satu tema yang dikembangkan dari teks atau satu tema sebagai dasar memilih bagian teks Firman Tuhan. Jadi jelas bahwa kotbah ekspositori adalah baik, tetapi dalam kotbah tekstual pun bisa dilakukan eksposisi, dalam kotbah topikal bisa dilakukan eksposisi, dalam kotbah doktrin bisa dilakukan eksposisi, dan kotbah naratif dilakukan eksposisi. Bagi saya ekposisi firman Tuhan itulah kunci kotbah efektif dan baik.
Dapat kita simpulkan bahwa kotbah yang baik dan efektif adalah kotbah yang teks Firman Tuhan dieksposisi atau memiliki kaidah eksposisi. Kita dapat menguraikannya sebagai berikut: pertama, kotbah yang mengikuti kaidah ekposisi menguraikan bagian teks Firman Tuhan dengan kesetiaan dan tidak pergi ke sana kemari memakai teks yang hanya disebutkan secara sepintas, apalagi ayat firman Tuhan hanya tempelan belaka.
Kedua, kotbah yang mengikuti kaidah eksposisi memiliki integritas hermeneutik di mana teks diuraikan dengan menggali lewat studi historis, gramatika dan literatur teks penunjang di sekitar budaya teks baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru.
Ketiga, kotbah yang mengikuti kaidah eksposisi memiliki kesinambungan nilai-nilai universal yang berlaku sampai saat ini. Benny Solihin menyebut adanya amanat kotbah sebagai kesinambungan dari amanat teks. Itu sebabnya tugas pengkotbah menemukan apa amanat teks lalu mengangkatnya menjadi amanat kotbah yang memiliki kebenaran abadi.
Keempat, kotbah yang mengikuti kaidah eksposisi memiliki aplikasi yang dapat dibawa jemaat ke dalam kehidupan jemaat saat ini. Aplikasi adalah suatu hal yang penting yang tidak bisa diabaikan. Tanpa penerapan yang memadai maka kotbah akan kehilangan maknanya.
Jadi kotbah ekspositori jangan dibatasi kepada bentuk, yang penting semua pengkotbah harus mengembangkan kotbah yang ekposisi.
Terimakasih penjelasannya pak.
ReplyDelete