Thursday, December 24, 2009

Setelah Nonton “Sang Pemimpi”: Telling Motivation Through Stories

By Daniel Ronda

Saya berkesempatan nonton film Sang Pemimpi bersama keluarga, karena memang saya senang dengan novel-novel karya Andrea Hirata yang dimulai dari Laskar Pelangi, lalu Edensor dan Maryamah Karpov. Saya juga sudah nonton Laskar Pelangi sebelumnya. Film ini hampir mirip dengan kisah saya dengan “setting” yang beda dan tentu nasib juga beda. Bagi saya novel dan filmnya saya harap menjadi alat motivasi bagi anak-anak saya agar bisa berprestasi lebih di sekolah dan terutama juga alat motivasi untuk memimpin orang-orang yang saya pimpin di lembaga saya bekerja.

Cuma sebelum bicara motivasi, saya mau komentar sedikit filmnya. Film “Sang Pemimpi” ini, aduh, maaf ya..kok lompat-lompat ya ceritanya dari masa lalu, kini, ke depan. Memang ini filosofi film ini menekankan kekuatan sebuah motivasi dan pentingnya kerja keras, serta jejaring persahabatan kalau mau mendapatkan kesuksesan. Cuma saya hanya bayangkan kalau orang yang tidak baca novelnya apa ya bisa ngerti ini film? Mungkinkah ini karena dibuat sorang Riri Reza dan coverage dan kekuatan media, termasuk novel yang bagus sehingga film ini meledak? Karena bukan orang film, saya tidak mau mengomentari lebih jauh. Cuma jujur, lebih asyik baca novelnya ketimbang film ini. Tiga dimensi waktu, masa lalu, kini, dan ke depan tertutur mengalir dengan apik dan mengharukan dalam novel ketimbang filmnya. Apalagi saya juga berkesempatan bertemu dengan penulis novel, Andrea Hirata di restoran Mangga Madu di Ubud Bali, Oktober 2008 lalu, sebuah restoran milik dari orang saya anggap orang tua saya sendiri. Fisiknya yang kecil, pendek namun ramah dan rela memberikan otograf, membuktikan tempaan masa lalu membuat dia menjadi “humble”.

Menurut saya benang merah dari novel dan film ini adalah motivasi dalam bentuk cerita apalagi ini merupakan kisah nyata. Ini menjadi kekuatannya di mana motivasi tidak lagi diceramahi, dikuliahi, tetapi diceritakan. “Telling motivation by stories” adalah cara efektif membuat anak di keluarga atau di konteks organisasi dapat mengembangkan diri secara optimal.

Kekuatan cerita motivasi jauh lebih dahsyat dari presentasi PowerPoint karena motivasi menyentuh pikiran dan hati. Sedangkan presentasi dan motivator biasanya menyentuh pikiran saja. Itu sebabnya para motivator yang terkenal di negeri ini selalu menggunakan cerita untuk menggugah hati dan pikiran pendengar dan pemirsanya. Konsep-konsep hanya menyentuh pikiran dan akan dilupakan. Namun tidak demikian halnya dengan cerita.

Pemimpin bijak di dalam suatu organsisasi selalu menolong bawahannya bagaimana mencapai sukses organisasi. Caranya dengan menceritakan kisah sejati (true story). Pemimpin selalu menghubungkan organisasinya dengan memakai kisah sukses masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang, baik itu kisah organisasinya sendiri maupun kisah sukses orang lain. Misalnya, cerita favorit saya soal Coca Cola yang punya mimpi bahwa setiap orang di kolong langit ini akan minum Coca Cola atau Bill Gates yang memimpikan bahwa setiap pengguna komputer pakai microsoft.

Kitab suci agama samawi pun semuanya dapat bertahan berabad-abad karena berisi cerita tentang kesuksesan tokoh-tokoh dan campur tangan ilahi di dalamnya. Cerita ini bahkan bertahan sampai hari ini yang mampu mengubahkan manusia sepanjang abad.

Howard Gardner pernah berkata sebenarnya pekerjaan esensi seorang pemimpin adalah pencerita atau tukang cerita (storyteller) – (Bdk.Blackaby, 80). Cuma tukang cerita yang dimaksud adalah orang yang mampu bercerita dan pada saat yang sama mampu menghidupi cerita itu dalam kehidupan nyatanya. Misalnya, pemimpin memakai kisah Ikal (dalam Sang Pemimpi) untuk memotivasi bawahannya bahwa dengan bercerita kisahnya dan tentang pentingnya punya motivasi kuat seperti Ikal, ditambah kerja kerasnya. Tapi pemimpin sendiri harus menghidupi apa yang diceritakannya. Sangat mustahil cerita punya kekuatan kalau pemimpin tidak menghidupinya.

Ada tiga jenis cerita yang mampu menggugah hati dan pikiran orang. Pertama, cerita masa lalu. Entah itu cerita kesuksesan atau kegagalan, bisa dijadikan pelajaran dan alat motivasi. Cerita masa lalu itu penting, sebagaimana Winston Churchill pernah berkata semakin jauh ke belakang kita melihat sejarah, semakin jauh ke depan kita dapat melihat (Blakckaby, 80). Kedua, cerita masa kini itu penting karena bawahan kita atau pekerja kita adalah seorang yang bekerja saja dan kadang tidak mampu melihat dan membuat hubungan antara pekerjaan dan keberhasilannya. Jadi perlu pemimpin yang bercerita bahwa apa yang dikerjakannya telah menghasilkan keberhasilan kinerja organisasi. Ketiga, cerita masa depan penting karena bawahan perlu ada satu cerita dari pemimpin tentang gambaran masa depan. Menggambarkan masa depan lewat cerita-cerita sukses membuat bawahan memiliki “mental picture” tentang apa yang akan terjadi di depan, Itu akan membuat mereka bertambah semangat bekerja.

Akhirnya, terima kasih untuk film Sang Pemimpi. Cerita motivasi Ikal dan Arai lewat film sungguh menggugah. Ditunggu film ketiganya. Cuma filmnya mesti sebaik novelnya juga. Hidup film Indonesia! Biarlah kita terus termotivasi mencapai sukses!

No comments:

Post a Comment