Wednesday, March 17, 2010

Ucapan Selamat Ulang Tahun: Do You Mean It?

Belum pernah dalam sejarah hidup saya yang 43 tahun ini mendapat ucapan selamat ulang tahun begitu banyak, baik lewat sms, yahoo messenger, blackberry messenger, dan terutama melalui facebook. Wah, rasanya senang hati ini mendapatkan begitu banyak ucapan dari rekan, sahabat, anak murid, guru dari berbagai tempat di seluruh dunia. Rasanya kawan di dunia maya terasa begitu dekat dan penuh perhatian. Biasanya tahun-tahun sebelumnya hanya lewat sms dan telepon dan itupun hanya keluarga dan rekan serta sahabat dekat saja. Kali ini terasa berbeda. Semua rasanya seperti keluarga besar karena tiba-tiba menjadi teman baik dan rekan yang peduli. Tentu pagi ini anak-anak saya menyanyikan lagu ulang tahun di kamar saya dan mencium saya (termasuk istri) adalah hadiah terindah. Tetapi teman-teman fb juga membahagiakan saya!

Tetapi dalam suasana seperti ini, saya bertanya dalam hati apakah selamat ulang tahun itu keluar dari hati yang terdalam? Bila tidak diingatkan oleh facebook, apakah kita masih bisa mengingatnya? Terus terang saya juga tidak mengingat semua ulang tahun sahabat saya yang begitu banyak. Syukur ada fb. Tetapi apakah yang kita ucapkan sungguh merupakan ucapan yang tulus? Atau ini hanya bentuk media sosial baru di mana mesin fb yang canggih membuat kita semakin dekat namun semu dan maya saja? Saya tidak berprasangka negatif, cuma saya mau reflektif.
Di dalam dunia kepemimpinan, pemimpin yang baik harus rajin memberikan selamat (greetings) mulai dari hari-hari biasa, hari khusus dari staf dan pegawai seperti hari ulang tahun atau HUT pernikahan, serta hari istimewa seperti pernikahan atau pun saat berduka. Ucapan ini bisa lewat kartu, sms, media sosial, serta tentu ada hadiah-hadiah kecil yang kita berikan. Prinsip psikologisnya jelas, bahwa ucapan selamat (greetings) dan hadiah (gifts) selalu membuat orang yang menerimanya merasa dihargai serta diterima dan pada akhirnya meningkatkan komitmen dan kinerja seseorang. Pemberian apresiasi harus menjadi gaya hidup pemimpin bila dia mau sukses.

Cuma, banyak pemimpin yang setelah memberikan apresiasi tidak disertai dengan perilaku kerja di kantor. Setelah mengucapkan salam, lalu raut muka tetap “kecut” atau bahkan garang. Salam lalu menjadi sebuah basa-basi. Ucapan selamat di hari khusus dan istimewa hanya sekadar birokrasi sebuah kartu yang dikirim tanpa personalisasi kata-kata dari si pemimpin. Banyak kartu yang ditulis berisi kata-kata indah yang menjadi klise bila hanya ada tanda tangan pemimpin, karena kartu-kartu itu mudah didapat toko-toko buku. Seharusnya kata-kata yang ada ditambah dengan kata dari pemimpin yang lebih personal.

Begitu juga dengan SMS, seringkali kita mengirimkan ucapan hanya copas (copy-paste) dari orang lain punya. Kata-katanya indah, tetapi rasanya aneh bila hari-hari pemimpin punya watak tidak sesuai dengan yang tertulis di SMSnya. Misalnya, saya pernah dapat SMS seperti ini:
Menjadi teman kamu adalah pilihan
Bersahabat dengan adalah kesempatan
Tetap menjadi teman baikmu adalah kebahagiaan
Happy birthday, my best friends. Wish all the best for u

Siapa yang tidak senang dapat SMS seperti ini?! Tetapi bila dalam prakteknya cuek dan seolah tidak kenal kalau di kantor, apakah kata-kata di SMS ini masih punya makna? Apalagi waktu kita copas, kita lupa mengganti nama si pengirim dan masih nama orang lain yang tidak dikenal oleh bawahan kita.

Jadi bagi pemimpin, bila hendak mengucapkan selamat apa saja, hendaknya kita sungguh-sungguh mengatakannya. Bila tidak, sebaiknya kita melatih diri mengucapkan sesuai dengan apa yang ada di hati kita. Pertanyaan reflektif di akhir tulisan ini: “Do you mean it?” (apakah kita memang maksudkan?) waktu kita mengucapkan sesuatu kepada orang di sekitar kita?

No comments:

Post a Comment