Tuesday, April 24, 2007

DESAIN KASIH

Desain Kasih

(Disadur oleh Pdt. Daniel Ronda)

Mengasihi sesama adalah mandat yang diberikan sebagai murid Kristus, yaitu mengasihi sesama sebagaimana Kristus telah mengasihi kita. Kasih itu secara ideal haruslah bersifat spontan dan tanpa syarat (unconditional). Namun dalam suatu studi membuktikan bahwa kita harus mendesain bentuknya dan bekerja keras untuk mewujudkannya. Dan bila perlu ada suatu pola untuk menilai perkembangannya.

Bagaimana kita mengasihi sebagaimana Yesus mengasihi? Bagaimana kita melihat “massa” dan memiliki hati mengasihi seperti yang Yesus lakukan? Bagaimana kita dapat mengukur kasih yang kita miliki untuk melayani orang lain?

Doa adalah kunci untuk dapat mengasihi. Namun juga ada lima hal yang harus dipraktekkan untuk meningkatkan kemampuan kita mengasihi. Ada lima level yang penting untuk para pemimpin, pengurus gereja, dan kaum awam untuk dapat mengukur efektivitas dalam mengasihi sesama:

5 Level itu adalah
1) Smile (Senyum)
2) Surface (Perkataan)
3) Service (Pelayanan)
4) Surrender (Penyerahan)
5) Sacrifice (Pengorbanan)

Level Satu: Smile (Senyuman)

Cara pertama untuk masuk dalam kehidupan seseorang dengan desain kasih adalah dengan memberikan senyuman. Denis Waitley said, "A smile is the light in your window that tells others that there is a caring, sharing person inside."

Charles Gordy from Thomaston, Georgia said, "A smile is an inexpensive way to improve your looks." Senyuman menambah kecantikan/kegagahan kita, baik di dalam (internal) dan di luar (eksternal). Senyuman tidak perlu ongkos atau biaya, tetapi sangat esensi untuk membuka hubungan (channel) untuk mengasihi. Semakin banyak kita senyum semakin mudah dalam membangun hubungan. Orang akan menerima salam kita dan lebih semanagat menerima kata-kata kita. Senyuman meningkatkan pengaruh Anda. Orang akan merasa mudah mendekati seseorang yang memiliki senyum menarik daripada orang yang terus menerus serius. Peringatan: orang akan tahu bila kita tidak tulus dalam senyuman lewat wajah kita. Jangan mencoba menipunya.

Level Dua: Surface (Perkataan)

Sesudah senyuman, maka level kedua adalah menyangkut kata-kata kita dan bagaimana kita menyampaikannya. Kata-kata yang baik, menguatkan, dan mendukung adalah termasuk dalam level ini.

  • "Perkataan yang diucapkan tepat pada waktunya adalah seperti buah apel emas di pinggan perak” (Amsal 25:11).
  • "Speaking the truth in love" (Ephesians 4:15).

Kata-kata dapat membukan pintu kepada hubungan yang lebih mendalam atau malah menutup pintu untuk hubungan dengan seseorang. Cara kita menyampaikan juga menjadi suatu ekspresi yang diingat seseorang dalam berhubungan.

Renungan: Jika kita ingat misi kita sebagai pelayan adalah membantu jemaat bertumbuh dalam hubungan yang indah dengan Yesus, maka kita harus menyaring apa yang kita katakan. Apakah kita berkata-kata yang membangun dan menguatkan hubungan itu, atau kita berkata-kata yang dapat orang menjauh dari Yesus?

Level Tiga: Service (Pelayanan)

Senyum dan kata-kata harus membuat kita melangkah ke level berikutnya yaitu melayani orang lain: "...layanilah seorang yang lain dalam kasih" (Galatia 5:13). Di level ini adalah level bertindak – suatu tindakan yang nampak bahwa kita mengasihi. "Whoever loves much, does much" (Thomas a' Kempis).

Dalam buku Mere Christianity (Harper SanFrancisco), C.S. Lewis menulis, "Do not waste your time bothering whether you 'love' your neighbor -- act as if you did. As soon as we do this, we find one of the great secrets. When you are behaving as if you loved someone, you will presently come to love him. If you injure someone you dislike, you will find yourself disliking him more. If you do him a good turn, you will find yourself disliking him less."

Di level ini mulai ada harga yang harus dibayar – yaitu waktu dan juga termasuk uang. Inilah tanda kedewasaan rohani kita ketika kita mulai melakukan pelayanan secara nyata kepada seseorang. Dalam level ini sekali lagi kita perlu waktu, usaha, dan energi. Hanya dengan pelayanan yang benar dari hati menunjukkan kasih kita.

Renungan: Kapan terakhir Anda terlibat dalam tindakan pelayanan kepada seseorang di jemaat kita? Kita seringkali terfokus lepada pelayanan pendelegasian tugas dan melengkapi orang lain supaya bisa melayani, tetapi kita lupa tentang pentingnya satu tindakan pelayanan kasih.

Level Empat: Surrender (Penyerahan)

Pelayanan menjadi penyerahan ketika kebutuhan orang lian menjadi lebih besar dari kebutuhan kita. Yohanes berkata: “Dia harus makin bertambah, ku harus makin berkurang” (Yoh. 3:30). Ini harus menjadi komitmen kita yaitu mengutamakan orang lain daripada kepentingan diri kita, supaya mereka diberkati.

Orang tua selalu lakukan ini untuk anaknya. Kita lebih mementingkan kebutuhan anak ketimbang kebutuhan kita. Ini sama dengan melayani orang lain. Dan ini membutuhkan intervensi ilahi supaya Tuhan beri kasih agape.

Kita tidak dapat mencapai level penyerahan tanpa mengasihi seperti Allah mengasihi. Secara praktis, hidup dengan menempatkan orang lain lebih utama.

Level Lima: Sacrifice (Pengorbanan)

Penyerahan menjadi pengorbanan bila kita rela membayar harganya secara tidak terbatas:

  • Anda berkeinginan untuk berkata, "Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya” (Yoh. 15:13).
  • Anda mempunyai kemampuan untuk "tergeraklah hati oleh belas kasihan kepada mereka (orang banyak) karena mereka lelah dan tidak bergembala" (Mat. 9:36).
  • Anda berempati dengan "menangis dengan orang yang menangis" (Rom. 12: 15).
  • Anda mengasihi dengan melihat kota dan orang-orangnya dan menangisisnya: “Dan ketika Yesus telah dekat dan melihat kota itu, Ia menangisinya” (Luk. 19:41).

Kasih selalu bayar harga, selalu ada ongkos. Kasih itu mahal. Ketika Anda mengasihi, keuntungan ada pada pihak yang dikasihi. Kasih itu untuk orang lain dan bukan kita. Kasih bukan mengambil, tetapi berkorban. Sebuah ungkapan berkata: “Love is sacrificial action”.

Kasih perlu didesain. Memasuki hubungan dalam setiap level membutuhkan kesabaran, ketabahan, dan tidak putus-putusnya rindu untuk mengasihi sama seperti Yesus. Walaupun kita mendesain kasih, namun kasih itu harus spontan mulai dari “smile, surface, service, surrender, and sacrifice.” Kita tidak boleh puas dengan level kasih yang kita miliki saat ini. Ketika kita melakukannya, “others will be blessed -- our lives enriched -- and God's kingdom will grow.”

Disadur dari “Compassion By Design” oleh Danny Von Kanel. Diambil dari Asbury Online Institute, Oktober 2004. Reprinted by permission, Rev Magazine, copyright Sept/Oct 2004, Group Publishing, Inc., Box 481, Loveland, CO 80538.

Danny Von Kanel is the minister of music and education at First Baptist Church in Franklin, Louisiana. (dannyrvk@huntcom.net) and author of Built by the Owner's Design


No comments:

Post a Comment