Friday, April 27, 2007

MENGHADAPI TEKANAN DARI REKAN KERJA

BAGAIMANA MENGHADAPI TEKANAN REKAN KERJA?

Oleh Pdt. Daniel Ronda

“Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik,” I Korintus 15:33.

Pengantar

Setiap orang Kristen (termasuk aparat negara yang beragama Kristiani) dihadapkan dengan pertanyaan-pertanyaan:

  1. Apakah yang dimaksud dengan etika? Apakah sama dengan moralitas?
  2. Apakah saya harus jujur di tengah tekanan rekan seprofesi?
  3. Saya ingin melakukan kehendak Allah, tetapi bagaimana saya tahu kehendak Allah dalam kehidupan kita?

Definisi Etika

Etika adalah sama dengan moral (Verkuyl) yaitu membahas dan menilai tentang sesuatu perbuatan yang baik dan jahat. Etika memberikan penilaian terhadap suatu perbuatan dan bukan hanya melihat perbuatan lahiriah, tetapi melihat lebih dalam yaitu sesuatu yang di dalamnya yaitu motif suatu perbuatan.

Etika bukan pelajaran etiket, walaupun etiket itu penting. Karena etiket hanya memfokuskan kepada sopan santun, hal-hal lahiriah, sedangkan etika menyangkut soal di dalam hati, motif yang menyertainya.

Tujuan Etika

Tujuan hidup manusia adalah memuliakan Allah dan menikmati persekutuan dengan Dia selama-lamanya (Westminster Short Cathecism). Ini pula menjadi tujuan etika. Sebagai orang percaya kita ingin menyenangkan hati Allah dan menikmati berkat-berkatNya. Itu sebabnya kita memerlukan suatu penuntun yang membuat kita senantiasa berjalan dalam kehendakNya.

Etika Kristen juga bertujuan agar manusia dapat menjadi saksi bagi dunia, di mana dunia melihat Kristus melalui kehidupan kita.

Sebagai warga kerajaan Allah, maka hidup kita pun menunjukkan jati diri dengan menerapkan etika kerajaan Allah.

Prinsip Pengambilan Keputusan

Masalah yang terbesar yang dihadapi orang Kristen adalah apakah mungkin mempertahankan kejujuran di tengah-tengah dunia ini? Kemudian bagimanakah saya tahu kehendak Tuhan dalam hidup saya? Misalnya, soal jurusan pendidikan, jodoh, karier, masa depan, menjadi hamba Tuhan atau yang lainnya!

Dalam tulisan ini setidaknya ditawarkan (secara sederhana) yaitu ada 4 dasar bimbingan dalam menuntun dalam pengambilan keputusan etis: 1) Alkitab; 2) Roh Kudus; 3) Nasehat dari orang lain (orang yang lebih rohani); 4) Hati Nurani.

  1. Alkitab (Firman Allah)

Bagi orang Kristen Alkitab adalah sumber utama dalam pengambilan keputusan. Ini yang terutama, karena Roh Kudus, nasehat, hati nurani tidak dapat bertentangan dengan Alkitab.

Di dalam Alkitab kita menemukan pengajaran yang berisi perintah, prinsip-prinsip kebenaran, dan contoh-contoh. Di dalam Alkitab dijelaskan manfaat Alkitab itu sendiri yaitu untuk menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakuan, mendidik dalam kebenaran, dan diperlengkapi perbuatan baik (II Timotius 3:16-17). Itu sebabnya Alkitab sangat diperlukan dalam seluruh bidang kehidupan. Jadi dalam mencari kehendak Allah, maka Alkitab harus menjadi yang pertama dan terutama.

  1. Roh Kudus

Allah telah mengutus Roh Kudus ke dalam dunia untuk menuntun manusia (I Kor 2:10-12; Yoh 14-16). Ini bukan cara-cara magis dalam mencari pimpinan Tuhan, tetapi Roh bekerja dengan cara memberi pengertian kepada Alkitab yang kita baca; Roh juga memberikan damai sejahtera atas keputusan yang diambil (tentunya tidak bertentangan dengan Alkitab); Roh Kudus menuntun kita kepada jalan yang kita tempuh.

  1. Nasehat dari orang lain (yang lebih rohani)

Allah seringkali juga memakai orang lain untuk menemukan kehendak Allah dalam kehidupan kita. Ini bukan maksudnya ada orang akan mendikte hidup kita. Karena manusia bertanggung jawab secara pribadi atas keputusan yang diambilnya. Namun demikian, orang yang dewasa iman akan dapat melihat suatu persoalan lebih obyektif dan pengalaman mereka menolong orang yang kurang berpengalaman (Baca Amsal 12:15; 13:10; 11:14).

Cuma harus mengetahui kepada siapa kita bertanya atau minta tolong (jangan sampai salah orang). Jadi orang yang dicari nasehatnya adalah orang yang dewasa imannya yaitu komitmen kepada kekudusan, rohani, dan berpegang kepada Alkitab. Orang itu haruslah matang secara rohani, dan bukan setiap orang Kristen dapat dimintai nasehatnya.

  1. Hati nurani

Setiap manusia memiliki hati nurani. Hati nurani adalah kata hati yang menuduh/menghakimi kita bila berdosa (2 Sam 24:10), membela kita bila melakukan kebenaran, memuji tindakan benar kita, serta menilai diri sendiri (seperti ada percakapan dalam diri). Banyak contoh yang bisa kita diskusikan bersama.

Tetapi hati nurani yang dapat dipercaya adalah hati nurani yang telah percaya kepada pimpinan Roh Kudus, dan berusaha menyenangkan hati Allah dalam kehidupan kita. Karena tidak semua hati nurani dapat dipercaya, apalagi bila hati nurani sudah tumpul oleh dosa.

Bagaimana menghadapi tekanan rekan seprofesi?

Sebagai manusia pengaruh di sekitar kita itu sangat kuat, seperti media (baca iklan), persahabatan dengan teman-teman kantor, sekolah, dlsb. Tidak mudah memiliki prinsip bila di tengah teman-teman yang berbeda keyakinan, apalagi adanya ajakan untuk berbuat salah/dosa. Malahan kita yang sering terjebak dalam kehidupan yang tidak benar mereka. Kita pun menghadapi dilema, bila tidak ikut berarti mendapat cap “sok suci”, dlsb. Tetapi bila ikut, kita melanggar kebenaran Firman Allah.

Di sini ada beberapa prinsip yang ditawarkan dalam menghadapi tekanan kelompok (White, 55-56):


Pertama, jadilah jujur kepada diri bahwa kita mudah sekali dipengaruhi teman, atau iklan, dlsb. Pengakuan jujur itu disampaikan kepada Allah, dan juga teman dekat yang Anda percaya. Inilah awal kematangan pribadi manusia bila menyadari kelemahannya.


Kedua, periksa apakah ada kemungkinan Anda tidak bersekutu dengan teratur kepada Allah baik dalam persekutuan pribadi maupun di gereja. Ini masalah rohani yang harus ditangani lebih dahulu.


Ketiga, kembangkanlah prinsip hidup Anda atau keyakinan pada diri. Misalnya, saya tidak akan mencoba narkoba karena… Keyakinan ini akan menjadi daya ampuh untuk melawan godaan dan tekanan.


Keempat, ketahuilah siapakah yang menjadi sumber tekanan, apakah seseorang, atau kelompok! Dari situ diketahui seberapa jauh tekanan itu berbahaya bagi kita.


Kelima, berbicaralah kepada orang lain keyakinan pribadi Anda terutama soal kejujuran dan moral. Tidak usah membuang waktu untuk mengubah orang lain, tetapi utarakan prinsip Anda.


Keenam, konsisten terhadap apa yang Anda katakan dan yakini. Mudah berubah akan apa yang Anda katakan akan membuat orang sinis, karena orang lain mengamati kata dan perbuatan.


Ketujuh, bila ada tekanan yang tidak sanggup diatasi, maka hindarilah atau larilah. Seorang yang bijak adalah orang yang menghindari tekanan (Ams 4:14,15).